Kamis, 19 Juni 2014

makanan khas lombok

Selama liburan di Lombok, kami sangat terpaku dengan keindahan alam dan pantai-pantai yang ada. Sehingga untuk wisata kuliner kami tidak terlalu fokus, yang penting perut terisi. Yang ada kami mencari makan selewat dan segampang mungkin.
16
Nasi Balap Puyung di RM. Cahaya, tepatnya di depan Bandara Praya Lombok.
Kami makan di Nasi Balap Puyung setelah menjemput teman kami Arie yang baru saja sampai dari Jakarta. Dimana pesawat yang dia naiki mengalami delay. Sehingga kami menghabiskan waktu tanpa dirinya mengunjungi Gili Nanggu, Kedis, Sudak dan Tangkong. Selesai dari keempat gili tersebut kami menjemput Arie dan melanjutkan perjalanan menuju Pantai Mawun. Kami di Bandara bertepatan dengan makan siang. Karena perut sudah meronta-ronta mau tidak mau kami mencari makanan diseputaran Bandara.
Mengenai rasa, sepertinya Nasi Balap Puyung yang ada disini biasa saja, tidak begitu istimewa. Menurut saya yang empunya warung tidak memberi bumbu yang tajam kemungkinan agar dapat diterima oleh semua tamu yang pada umumnya pendatang. Ayam yang disajikan adalah ayam kampung. Dagingnya empuk, tidak alot. Harga seporsi Nasi Balap Puyung Rp. 9.000,- Nasi Balap extra Lauk Rp. 11.000,- sedangkan Nasi Balap Puyung Ayam Kampung Rp. 13.000,- Untuk harga menurut saya aman buat kantong.

Sea Food 55 – Mataram
Setelah sepanjang hari berkeliling Lombok Barat dan sekitarnya, disepanjang perjalanan pulang dibenak saya terbayang-bayang udang saos padang. Kayaknya malam ini makan sea food seperti enak nich. Akhirnya teman saya membawa kami di SeaFood 55 Mataram. Kami memilih menu udang saos padang, cumi tumis, telor dadar, ikan bakar, capcay, plecing kangkung, terong balado. Menurut saya rasanya lumayan enak.

Sarapan Nasi Rames dipinggir jalan menuju Lombok Timur. Sepanjang jalan banyak terdapat warung-warung pinggir jalan yang rasanya lumayan enak dengan kisaran harga Rp. 5.000 – 7.000/porsinya.
21
Warung Soto Mule Ngeno
Kami mengunjungi warung soto ini sepulang dari perjalanan dari Gili Kondo, Gili Bidara dan Gili Lampu. Teman saya Paduka berkali-kali salah jalan ketika menemukan tempat makan ini. Yang dia ingat petunjuk jalan menuju warung ini adalah gang setelah mesjid. Bisa dibayangkan betapa bingung nya dia karena sepanjang jalan terdapat lebih dari 3 mesjid. Sedangkan teman-teman semobil semuanya sudah kelaparan, alhasil Paduka pun panik. Rasanya melihat Paduka berceloteh jadi seperti melihat ayam goreng menari-nari. Wkwkwkwk. Akhirnya dia pun menanya ke rombongan anak gadis yang kebetulan nongkrong di pinggir jalan (pinter amat dech lu Paduka, nanya apa ngerayu sich lu!!). Entah apa yang dia katakan ke anak gadis tersebut, yang penting hasilnya mereka menuntun kami dengan motor mereka menuju warung ini.
Soto yang disajikan di warung ini unik. Biasanya kalau soto disajikan dengan nasi, kalau disini disajikan dengan lontong. Lalu ada telur puyuh, daging, bihun serta kuah nya berwarna coklat penuh dengan bumbu-bumbu racikan. Saya merasakan bumbu soto ini seperti racikan jamu tapi rasanya tidak terlalu tajam.
Dan yang menarik adalah kita disuguhi air putih dari kendi tanah liat. Ini membuat air yang ada menjadi dingin dan segar.
Untitled-5
Malam hari nya sepulang dari Sembalun kami makan di Warung Taliwang Mandiri. Kalau biasanya ayam taliwang itu disuguhkan dengan rasa yang teramat pedas ditambah plecing kangkung yang super pedas. Disini ayam taliwang disajikan dengan rasa yang lumayan manis. Karena ayam taliwangnya digoreng dan dibumbui dengan madu. Kalau menurut saya sich ayam taliwang yang ada disini enak. Tidak pedas tapi bumbu-bumbunya meresap, dan gurih. Tapi untuk lidah orang lombok asli, seperti teman-teman saya yang lain mereka kurang cocok karena mereka terbiasa dengan ayam taliwang dengan rasa yang sangat pedas. Harga seporsi Rp. 25.000,-
DSC_0319


Malam terakhir sebelum kembali ke Jakarta kami membeli Nasi Balap Puyung asli cap Inaq Esun dan Sate Rembige. Nah yang ini kami sungguh-sungguh berwisata kuliner yang maknyos. Sepanjang hari kami hanya sarapan nasi campur, siangnya kami tidak makan karena kami keasyikan berada di Pantai Pink Tangsi, Tanjung Ringgit dan Tanjung Bloam. Untuk mencari makan diluar area ini rasanya tanggung. Karena lokasinya jauh dari mana-mana. Oleh karena itu kami pun melewatkan makan siang.
Keluar dari Lombok Timur sudah jam 15:30. Rute menuju Mataram masih 2 jam perjalanan. Untuk kembali ke Mataram kami melewati daerah Puyung, alhasil kamipun singgah membeli nasi balap puyung asli bu inaq esun. Kami tidak makan di warung makan ini melainkan makan di Mataram. Tujuan kami makan malam yaitu di Warung Sate Rembige. Sekalian makan malam porsi besar setelah tadi siang puasa.
Nasi Balap Puyung letaknya masih 100 m dari jalan besar dan berada diantara perumahan/kampung puyung. Walaupun tempat makan masih harus masuk gang dan tidak begitu representative tapi karena makanannya enak, sudah terkenal dan asli, maka pengunjung yang datang tetap ramai di tempat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar